PUISI
RIYON FIDWAR
Takdir
Puisi
Aku menangis melihat puisiku tercetak di koran
minggu. Mendengar puluhan orang komentar.
Ratusan orang mengejek.
Jutaan
orang menjadikannya pembungkus cabai, bawang, ikan teri,
toge, tomat, buncis, kol, selederi, sate, nasi di
rumah makan.
Aku
bahagia.
Marapalam, 20122013
PUISI
RIYON FIDWAR
Puisi Ini
Puisi ini kupersembahkan untuk Maira.
Biar dia tahu bagaimana rintihan luka
ketika direndam dalam cuka.
Kampungdalam, 20122013
PUISI
RIYON FIDWAR
Monoton
: buat Reski
Kuantan
Kita hidup dalam lingkaran setan
yang tak pernah putus.
Pagi. Siang. Malam.
Bangun tidur. Rokok. Ngopi.
Tidur. Bangun. Makan. Rokok. Ngopi.
Kian lama kau kelihatan tua juga
seperti hidup yang hidupi
terbungkuk-bungkuk menyesali tuhan.
Hidup adalah tanda tanya.
Hidup itu sebenarnya untuk siapa?
Benarkah ada kehidupan sesudah kematian?
Mimpi?
Bangun tidur. Rokok. Ngopi.
Rokok. Makan. Rokok.
Tidur. Rokok. Mati.
Kampungdalam, 20122013
PUISI RIYON FIDWARAku Tak Bisa Lagi Bermimpi
Suatu hari aku melihat mimpi-mimpiku
tergantung di etalase toko-toko,
supermarket, plaza, restauran,
kantor-kantor, bank dan pabrik-pabrik,
tak bernyawa.
Bahkan mimpi ibupun sudah bernanah
di tanganku.
Lubeg, 19122013
PUISI
RIYON FIDWAR
Malam
Selamat Malam
Aku tak pernah lupa mengucapkan selamat
malam kepada malam
yang bersedia membawa mimpi
(meskipun aku sudah lupa cara bermimpi).
Nasib memang untuk sendiri
tapi aku merasa tak pernah sendiri,
ada puisi yang cantik di sampingku.
Malam memang merubah segalanya
tetapi hutang tetap harus dibayar
sebelum pagi datang.
Kampungdalam, 20122013
PUISI
RIYON FIDWAR
Kerupuk
Palembang
Ini malam yang asing lagi bagi kita
menikmati lapar yang asin.
Nasi putih yang sepucat bulan itu
terkulai letih.
Kerupuk palembang adalah saksi kemiskinan ini
sehingga kita tak dapat membedakan
mana kecap dan mana darah,
sebab keduanya sama kentalnya. Apa lagi
di waktu gelap merayapi dinding sepi.
Inilah kesejarhteraan yang kita miliki
Kampungdalam, 20122013
PUISI RIYON FIDWAR
Aku Hanya
Punya Kamar
Aku hanya punya kamar, kasur dan selimut.
Juga buku-buku yang berbaris di atas meja. Seperti
tentara. Baju kumuh
semakin menumpuk karena tak ada uang
untuk beli deterjen.
Belum lagi bulan depan
harus bayar listrik dan kontrakan.
Perut lapar sudah biasa. Hutang
pun sudah membengkak.
Tidur sudah tak nyenyak.
Namun aku masih bersyukur punya kamar
dan pacar. Juga puisi
yang selalu ingin ditulisi
Lubeg, 19122013
PUISI
RIYON FIDWAR
Rumah Penyair
Depan rumahmu begitu sunyi,
tak seperti rumah gedongan yang dijaga seekor anjing
Aku dekati pintumu dan mulai mengetuk. Tapi
tak ada jawaban. Lalu
aku tinggalkan sepucuk surat
di bawah pintumu.
"Aku ingin jadi panyair"
Jati, 28112013
PUISI RIYON FIDWAR
Monyet Cinta Monyet
Monyet itu cinta
meminta bunga yang ada di tanganmu.
Cinta itu monyet
kau ingatkah ketika dia meminta bunga?
Kampungdalam, 08012014
Post a Comment