0



Oleh Riyon Fidwar

Setiap tahun di tiap universitas negeri maupun swasta menerima mahasiwa dengan bermacam-macam cara. Ada yang namanya mahasiswa dari jalur undangan, mahasiswa jalur regular, dan ada juga dari jalur non-reguler. Semua mahasiswa yang ikut seleksi ini tentu saja tidak semuanya diluuskan oleh pihak instansi atau perguruan tinggi tersebut. Jelas ada yang digagalkan. Bagi mahasiswa yang telah lulus dari seleksi tersebut, tentulah dia bisa langsung mengikuti seleksi-seleksi yang lain, seperti kesehatan, fisik, dan lain-lain (sebagai formalitas saja). Semua itu nampaknya tidak begitu mempersulit, itu tergantung dari kepintaran tiap-tiap mahasiswa yang ikut seleksi tersebut.

Setelah diterima di sebuah instansi atau perguruan tinggi, yang terutama dicari adalah tempat penginapan bagi para mahasiswa, yaitu kos atau kontarakan. Ini adalah kebutuhan primer bagi setiap mahasiswa tanpa kecuali (laki-laki maupun perempuan). Mahasiswa yang membutuhkan kos atau kontarakan pastilah mahasiswa yang datang dari luar kota di mana dia berkuliah. Bagi mereka yang mempunyai kosan atau kontarakan tentu memasang tarif yang menurut mereka layak meskipun dari pihak lain itu terlalu berlebihan. Selain itu, ada juga aturan-aturan yang harus ditaati jika berada dalam kos atau kontarakan.

Kosan atau kontaran bermacam-macam juga bentuk dan fasilitasnya. Ada yang bertingkat dua, tiga bahkan lima dengan fasilitas kamar mandi di dalam kamar. Ada yang berupa pafiliun dan juga ada yang sederhana dengan fasilitas seadanya. Dengan keberagaman inilah, si empunya kos atau kontarak tentu memasang tarif yang berbeda pula. Kosan yang bertingkat tidak mungkin disetarakan dengan kosan yang tidak bertingkat.

Dengan adanya bermacam-macam bentuk kos dan kontaran ini yang kadang-kadang membuat pikiran mahasiswa itu ‘cabang-cabang’. Saat-saat seperti ini biasanya, bagi mahasiswa, dugunakan untuk berpikir agar tidak ceroboh. Baik harga maupun kualitas tempat kosan atau kontrakan tersebut. Harga murah, dengan fasilitas kamar yang lengkap dan besar, bersih, kamar mandi di dalam pula. Listrik tak mati-mati. Yang jelas harganya terjangkau. Sebab dibagian bayar-membayar inilah yang menjadi kendala bagi mahasiswa. Ya, maklum saja jika ada mahasiswa yang memiliki tempat-tempat kosan atau kontarakan yang sederhana (biasanya yang memiliki tempat ini adalah laki-laki). Namun, bagi empunya kos atau kontarakan pastilah menginginkan harga yang tinggi dengan fasilitas seadanya. Ini bisa meningkatkan inset yang banyak baginya si empunya. Jika lancar, tentu akan buka ‘cabang’ baru lagi. Dan ini akan menambah untung yang sangat besar. Siapa tahu dalam setahun menjadi miliyarder?

Kadang-kadang ada juga si empunya kos atau kontarakan yang hanya menginginkan bayaranny saja, tanpa terlalu sibuk memikirkan fasilitas kos atau kontarakan yang dimilikinya. Bahkan tak jarang dijadikan beban bagi penghuni kosan atau kontrakan. Sedangkan si empunya acuh tak acuh saja, yang jelas tiap bulan setoran yang banyak.

Bagi sebagian mahasiswa, kosan atau kontarakan adalah sebagai tempat penyimpanan barang-barang, seperti baju, lemari, dan lain-lain. Sedang untuk menginap, palingan hanya semalam, dua malam saja. Selebihnya meninap di sana-sini. Itu sudah menjadi sebuah kebiasaan bagi mahasiswa, baik laki-laki maupun perempuan. Apalagi kosan atau kontarakan itu memiliki kamar yang banyak, akrab juga dengan orang yang tinggal, jika seperti ini, untuk menambah keakraban pindah tidur itu biasa.

Yang lebih menyolok lagi ketika musim bola. Bagi mahasiswa (laki-laki) begadang, dan nonton bola sampai pagi itu biasa. Bahkan tak ingat waktu kuliah, yang jelas berita bola tak ketinggalan. Jika mahasiswa tersebut mendapat masalah absen atau nilainya yang ‘berantakan’ si dosenlah yang menjadi tumpuan salah. Begitulah kebanyakan mahasiswa, memang tidak semua. Lantaran keinginannya untuk memuaskan hobi atau apalah, orang yang menjadi tumpuan amarahnya. Jika hal ini terjadi terus-menerus, di mana letak tanggung jawab dan kesadaran para mahasiswa selaku kaum intelektual yang ditinggikan?

Post a Comment

 
Top