aku melihatmu di beranda senja yang lengang
sambil mengelus pipi
yang mulai cekung dan pundak mulai bungkuk
batukmu menjatuhkan matahari dari tampuknya
malam pun membingkai di hitam rambutmu
airmatamu pecah menjadi beling-beling yang tajam
melukai purnama
matamu nanar mencari sesuatu yang tersembunyi
di balik angin: luka, nasib, ajal dan perih
tapi dengarlah tangisan pohon rambutan
yang kering dipanggang jaman
dan kau menjadi senja, dengus nafasmu terbata-bata
kau terus berdiam di senjamu yang memudar
dan mengilang laut menjadi airmatamu
debur ombak adalah gemuruh batukmu
yang semakin tua
dengarlah cicit burung malam yang kehilangan ranting
dan bulan ditinggalkan cahayanya
dengarlah
mereka meminta pelukanmu
sebentar lagi malam memanggil bulannya dan pergi ke pulau orang
dan matahari adalah janjiku telah tergantung di langitmu
dan aku akan menanam batukmu di butir pasir
hai perempuan yang duduk di beranda senja
kubawakan tanda mata dari pulau orang
agar tenang hatimu menapak senja berikutnya
hai perempuan apa yang kau cari
kenapa matamu nanar?
Padang, 24-12-2011
Post a Comment