Menerjemahkan
Cinta dalam Diri
Essay Cinta
- Riyon Fidwar*
Add caption |
Aku mengartikan cinta sebagai sebuah perjalan
kalbu yang tak pernah mati. Dia kekal. Sebab dia ada dalam diri manusia. Tak
memandang berapa usia manusia itu, asal yang namanya manusia pastilah mempunyai
cinta. Semiskin-miskin manusia pasti dia memiliki cinta dalam hatinya. Inilah
salah satu kodrat kita sebagai manusia, yaitu cinta. Jika diartikan cinta itu
apa. Dari mana datangnya. Mungkin tak ada jawaban yang pasti akan arti dari
cinta tersebut, sebab dia ada dalam kalbu. Tak bisa dijamah dengan tangan
telanjang, tapi cinta bisa dirasa juga lewat kalbu. Kedatangannya tak bisa ditebak.
Anak remaja menyatakan cinta itu datang dari mata lalu turun ke hati. Apakah
benar begitu? Entahlah. Yang pasti cinta memang benar-benar ada dalam diri
manusia.
Adam, manusia pertama yang merasakan cinta. Cinta
kepada sesama manusia, Hawa. Pasangan hidupnya, yang menurut hikayat mereka di
keluarkan dari surga sebab cinta. Mereka bertemu di Mekkah juga karena cinta.
Ya, cinta Adam kepada Hawa tak terbilang besarnya. Jika dibandingkan dengan
manusia sekarang, tentu tak bisa dibandingkan. Bagaimana tidak, Adam rela
ingkar pada Tuhannya untuk memakan buah Quldi demi bujukan kekasihnya Hawa.
Padahal buah itu adalah buah yang dilarang oleh Tuhan untuk dimakan. Tetapi
karena dubujuk Hawa (karena cintanya) maka Adam mencoba mendekati dan memetik
lalu memakannya bersama-sama. Tuhan pun murka kepada kedua makhluk itu dan
melemparkan keduanya ke bumi. Berpuluh-puluh tahun (mungkin ratus) mereka
dipertemukan kembali, lalu meneruskan hidup dan berketurunan. Itu juga karena
cinta. Tuhan cinta kepada Adam dan Hawa.
Manusia sekarang tak bisa menandingi besarnya
cinta Adam itu. Jika seseorang dihadapkan dengan dua pilihan, misalnya memilih
antara kekasih dan orang tuanya. Kebanyakan mereka memilih cinta kepada orang
tua. Cinta antara manusia (pasangan kekasih) memang memiliki rintangan. Tak
ubahnya Adam. Sepasang kekasih yang sudah memadukan cintanya, biasanya mereka
lebih dahulu membuat ikrar. Mulai dari isi langit hingga isi tanah. Tapi tak
jarang jua antara keduanya mengingkari janji tersebut. Saya teringat kisah yang
ditulis HAMKA dalam novelnya "Tenggelamnya Kapal van Der Wijk".
Bagaimana Hayati menyatakan janji demi cintanya kepada Zainuddin ketika diusir
oleh Engkunya (Hayati). Dia berjanji demi matahari dan roh nenek moyang, bahwa
cintanya hanya untuk Zainuddin semata. Tapi janji itu diingkari oleh Hayati
sendiri.
Ya, ternyata cinta membutuhkan pengorbanan.
Itulah hukum di dalam cinta. Kita dihadapkan dengan pilihan yang tak bisa
membuat kita berkutik. Tapi ada juga sepasang kekasih yang mempertahankan
cintanya hingga akhir hayatnya. Misalnya kisah antara Romeo & Juliet yang
dikisahkan oleh Sechpire, penulis asal Inggris. Cinta memberi kekuatan, tapi
cinta juga memberikan kelemahan. Meskipun begitu, cinta adalah jati diri
manusia. Dengan adanya cinta dalam diri, kita tahu siapa diri kita sebenarnya.
Dengan kata lain cinta adalah cermin.
Cinta itu bebas ke mana saja kita berikan. Bisa
kepada sesama manusia, binatang/tumbuhan, tuhan, dan alam. Nah, dari
pilihan-pilihan itu, siapa yang sungguh-sungguh kita beri cinta yang ada dalam
diri kita. Kebebasan cinta tergantung kepada seseorang. Bagaimana orang yang
tak memiliki cinta? Pertanyaan ini saya rasa adalah pertanyaan iseng saja. Mana
ada orang yang memiliki cinta. Setidaknya cinta untuk dirinya sendiri. Bukankah
cinta itu bebas seperti angin. Di mana pun dia berhak singgah, termasuk dalam
diri kita sendiri.
Tumbal cinta biasanya remaja yang baru menginjak
masa puber. Apa pun akan mereka lakukan demi cintanya. Mereka akan bolos
sekolah, atau tidak mengerjakan tugas. Atau yang lain yang jelas demi cinta
kepada orang yang mereka cintai. Apakah hanya anak remaja? Tentu saja tidak.
Orang dewasa pun tak luput dari jamahannya. Bahkan orang dewasa, bila tersentuh
oleh cinta, mereka akan lebih parah dan payah dari pada anak remaja gilanya.
Makan pun akan tak teratur lagi. Mereka akan meninggalkan segalanya demi cinta.
Misalnya, orang dewasa yang tersentuh cinta itu, dia sudah berumah tangga,
punya anak. Semua itu akan rela ditinggalkannya demi memperjuangkan cinta.
Inilah yang kita kenal dengan selingkuh.
Jika sudah begini siapa yang dapat disalahkan.
Tentu saja jawabnya tidak ada yang akan disalahkan. Tak mungkin kita
menyalahkan Tuhan yang memberi cinta dalam kalbu kita selaku makhluknya.
Kebesaran cinta dari Tuhan itu sebaiknya janganlah disalahgunakan. Tuhan sayang
kepada kita hambanya, untuk itulah Tuhan menitipkan cinta kepada kita, agar
kita tahu betapa indah dan megahnya cintaan-Nya.
Cinta monyet. Apa pula itu? Apakah monyet
mempunyai cinta. Tentu saja. Tapi cinta monyet itu, lho, seperti apa dia. Cinta
monyet adalah bahasa remaja yang masih mencari-cari arti cinta yang
sesungguhnya. Cinta monyet itu akan saya gambarkan sedikit. Cinta monyet, cinta
remaja. Seseorang remaja yang menginjak masa puberitas, akan mencari lawan
jenisnya. Setelah dapat, mereka akan berjanji sehidup semati akan setia satu
sama lain. Mereka akan memadu cinta dengan apa yang ada pada diri mereka.
Singkatnya secara sederhana. Lalu mereka akan berkasih-kasih di depan
kawan-kawannya, tapi mereka akan takut bila ketahuan sama orang tua
masing-masing.Cinta monyet biasanya tak bertahan lama. Layak seekor monyet
jantan ketika mencintai betina. Setelah mendapat manisnya, monyet jantan akan
beralih kepada monyet betina lainnya yang dianggap segar olehnya. Ah, cinta
monyet, membuat kita benar-benar seperti monyet. Meskipun begitu, cinta
monyet adalah masa-masa bercinta yang paling asik.
Tentu saja kebanyakan dari para remaja telah
merasakannya. Walaupun dengan sedikit malu-malu. Saya pernah mengalami hal
tersebut. Tapi hal itulah yang membuat hidup lebih berwarna. Apalagi bila
dikenang, maka keasikannya akan lebih terasa. Ada sesuatu yang tak bisa
diungkapkan dengan kata-kata. Sebab pada masa-masa itulah kita akan mengenali
siapa diri kita yang sesungguhnya.
Cinta kepada orang tua pun adalah cinta. Tetapi
ada bedanya dengan cinta kepada lawan jenis. Cinta kepada orang tua adalah
cinta bakti. Biasanya kelemahan cinta-kasih adalah cinta kepada orang tua. Ini
mungkin telah lumrah kita dengar. Pasangan yang sedang memadu cintanya akan
hancur bagaikan gunung es ketika dihadapkan dengan cinta bakti kepada orang
tua. Bagaimana cara mengantisipasinya, ya, tentu saja kita harus lebih bisa
memberi pengertian kepada orang tua, bahwa kita bukan lagi anak remaja. Kita
telah dewasa dan sudah saatnya menetukan kepada siapa cinta yang diberikan
Tuhan itu.
Jika kita membahas cinta. Akan sukar habis. Sebab
cinta seperti air laut atau udara yang kita hirup setiap waktu bahkan sampai
detik-detik kehidupan ini. Dia tak akan habis walau hujan mengikisnya. Dia tak
akan musnah walau api membakarnya. Dia kekal. Tak akan mati. Pembahasannya pun
pasti akan selalu terasa kurang. Padahal, beribu-ribu orang manusia di dunia
ini telah membahas tentang cinta. Tapi setiap dibahas, pasti akan selalu ada
yang kurang. Padahal, setiap orang yang membahasny (menuliskan) temanya hanya
itu ke itu saja. Tapi mengapa cinta tak habis ditulis. Itulah rahasia
cinta.
Pernah suatu kali, saya dijadikan
"diary" oleh seorang teman saya. Ini sebuah pengalam saya. Semua
keluh kesahnya diceritakannya kepada saya. Dia pernah menangis sebab cintanya
hanya bertepuk sebelah tangan. Lalu dia bertanya. Apakah cintaku ini memang tak
berarti sama sekali untuk orang lain? Saya jawab, setiap cinta itu suci dan putih.
Setiap cinta, memiliki arti bagi semua orang. Kamu harus ikhlas ketika
menitipkan cintamu kepada seseorang yang kamu cintai. Maka dia akan menerima
cinta itu dengan ikhlas pula. Ini mungkin seperti sinetron percintaan seperti
yang sering di tayangkan di televisi. Tapi ini benar-benar terjadi. Saya
berharap teman saya ini mendapat tempat di mana dia akan menitipkan
cintanya.
Tak lama berselang dia cerita lagi kepada saya,
bahwa dia sudah menemui tempat di mana dia menitipkan cintanya. Bahagia. Saya
juga ikut bahagia. Namun setiap kali mereka bertengkar, saya akan jadi
sasarannya untuk bercerita. Kadang-kadang saya juga merasa jemu dijadikan
"diary", tapi bagaimana lagi inilah cara saya menunjukkan cinta saya
kepada kawan. Pada suatu waktu, mereka sempat memutuskan komunikasi. Lalu,
dengan cinta, saya berhasil menyambung mereka guna mempertemukan kembali cinta
mereka berdua yang telah lama mereka jalin. Bahagia. Saya juga.
Cinta itu nampaknya sangat mudah untuk
menerjemahkannya. Tapi hati-hati, jika kita anggap enteng saja, cinta akan
menjerumuskan kita ke dalam lembah yang tak bertuan. Jangan main-main sama
cinta. Dia sewaktu-waktu akan menerkam seperti harimau yang sedang lapar. Maka
dalam menjalin cinta, kita mesti lebih banyak cerita, baik kepada orang yang
dicintai maupun kepada orang lain. Sebab dengan begitu, cinta kita akan lebih fress,
segar. Perjalanannya akan lancar seperti air di sungai yang mengalir hingga
ke muara. Indahnya bila cinta itu bersahabat dengan kita.
Bukan lagi sebuah rahasia bila bercerita tentang
cinta. Mari kita berbagi cinta dengan orang yang kita cinta dengan bercerita.
Agar cinta kita mekar seperti apa yang kita harapkan.
*Riyon
Fidwar tinggal di Padang, Sumatera Barat.
Post a Comment