0
Seorang nelayan
membelah dirinya
menjadi ikan asin.
Lalu lukanya
direndam dan digaraminya
bermalam-malam.

Sementara anak-anaknya
meminta biaya sekolah
yang telah nunggak beberapa bulan.

Perih luka dibadan belum hilang
kini uluhatinya diancam pisau
padahal dia belum siap untuk dimasak.

Airmatanya membeku
menjadi gelembung yang pecah sia-sia.

Di sepertiga malam
dia tafakur membaca kehidupan,
jika matahari tak muncul
luka akan membusuk dan berbelatung.

Api di tungku sudah menyala
air sudah mendidih
namun ia tak mampu menceburkan diri.
Sebab dia bukanlah ikan yang tahan untuk direbus.

Matanya liar namun kosong.
Dia ingin mati
tapi anak-anaknya meminta
hidup lebih lama.

Setelah matahari memberinya kekuatan
mata hatinya terbuka,
bahwa hidup yang selama ini dibacanya
benar-benar telah menjadi kenyataan.



Kampungdalam, 21122014

Post a Comment

 
Top