0
Ini ikan baru datang dari seberang
di bawa dengan kapal.
Sepanjang malam
dibungkus dan dies
agar dagingnya tak melepuh di tanganmu.

Pengencer ikan dan touke di pelabuhan
sudah tak sabar menunggu kapal sandar.
Mereka berduyun-duyun datang
dengan membawa keranjang-keranjang ikan.
Sambil menunjuk-nunjuk kapal
yang entah di mana.
Walau begitu
hidung mereka telah mengenal bau ikan
yang akan datang dibawa kapal.

Subuh berlalu
kapal belum juga mendapati pelabuhan.
Pengencer ikan dan touke
mulai khawatir dengan ikan dan kapal
tapi bukan kepada kelasi.

Jika tak ada kelasi
ikan dan kapal tentu tak akan selamat.
Namun nasib mereka lebih murah
dari koin 500.

Laut setenang kolam renang itu
menuntun kapal dengan gagah
bersama muatanya,
berton-ton.
Kelasi menunjuk pelabuhan
dengan riang dan bahagia.
Sebab anak dan istri
telah menanti.

Pengencer ikan dan touke
mulai membangun pasar
di pelabuhan. "Ini ikan dapat dari mana."
"Dari laut yang tak pernah kautahu alamatnya"
jawab seorang touke.

Kelasi dirundung pilu,
menyesali jawaban yang seharusnya miliknya.
Dihitungnya mata jaring yang telah luka
dihitungnya pula luka-luka di bagian badanya,
namun tak mampu dia menyelami kedalaman luka itu.
Seperti laut yang dalam
yang setiap malam didatanginya.

Pasar semakin ramai
orang-orang loak dan komplek
membanjiri pasar itu dengan wang.
"Ikannya gemuk-gemuk. Pas untuk membuat
pergedel ikan."
Semua merasa puas.

Namun mereka tak pernah tahu
ikan yang gemuk-gemuk itu
habis memakan sebagian daging kelasi.

Kampungdalam, 21122014

Post a Comment

 
Top