0
Saat kau membaca sajak ini
aku telah jauh mengembara
menyeberangi pulau dan gelombang.
Sajak ini hanya sebuah ketakutanku saja,
sebab didesak rindu
lalu sukmaku meledak
menjadi butir-butir air mata.
Apakah seorang buruh berdosa bila berbicara
tentang rindu dendam kepada seorang kekasih?

Seorang buruh pelabuhan
mana mungkin kawin
dengan upah sebelas ribu rupiah sehari.
Orang-orang akan tertawa
apabila seorang buruh kawin
dengan orang kota.
Inilah ketakutan yang melukai rabuku.

Aku terlalu muda menjadi seorang buruh
angkut di pelabuhan.
Kawan-kawan sesama sekolah dahulu
telah dibabtis dengan gelar-gelar
ala-Eropa.

Ada S.Kom., S.Sos., S.Hum., S.H.,
S.Kep., S.Ip., S.Pd., Ama.Pd.,
ada banyak lagi dan itu
benar-benar tak aku pahami.

Namun upahku tak lebih dari
dua gelas kopi
siang dan malam.

Pacarku cinta
seandainya saja dalam waktu singkat ini
kita kawin dan beranak
aku lebih bahagia
dari pada menerima upah buruh
dan meneguk segelas kopi.

Haloban, 19082014

Post a Comment

 
Top