0



Pagi-pagi sekali aku terbangun
karena mendengar suara ponsel
yang bergetar, kedinginan
membawa pesan:
“Jangan bawa apapun.
Kita naik kereta.
Semuanya sudah kupersiapkan.”

Pukul delapan nol-nol
aku sudah duduk di kereta
di sampingku
kekasihku cinta
“Kita mau ke mana?”
“Berziarah.”

Di jalan
aku melihat banyak orang
berteriak dan melempar-lempar
berteriak dan menembak
rumah dan toko
banyak yang terbakar
mobil-mobil digebuki
beberapa orang pemuda
seorang perempuan dipaksa
lalu ditampar dan ditempeleng
“Sini, akau kubuat lubang
di selangkangannya.”

Kereta tetap berjalan
meski di luar
senjata dan batu
sedang berburu.

Di jalan
kulihat mobil-mobil              
panser dan meriam
digebuki dengan kayu dan batu

Di jalan
kulihat segerombolan pemuda
digebuki dengan meriam

yang lari larilah
yang luka lukalah
yang mati matilah
yang cinta damaikanlah

Kulihat kekasihku tak berkedip
hanya suara jantungnya yang kudengar
bergemuruh hebat sekali
“Kita turun di sini.”
Darahku berdesir.

Kulihat banyak orang yang berjalan kaki
tapi di jalan tak ada api
“Inilah makam saudaraku
yang ditembak mati
enam belas tahun yang lalu.”

Kampungdalam, 27052014

Post a Comment

 
Top