0

 
Pada suatu malam aku
pernah teringat pada orang Haloban
yang hidup di pinggir pantai itu
Pagi-pagi sekali, bersamaan dengan kokok ayam
pertama. Mereka telah bangun
yang perempuan (istri) menyiapkan bakul
untuk suaminya. Setelah itu
yang laki-laki (suami) setelah salat subuh
cepat-cepat meninggalkan rumah
menyelami isi samudera.

Bila petang datang
orang laki-laki pulang membawa ikan.
Ada juga yang pergi membalik malam
paginya pulang membawa udang.
Ya, siang malam orang Haloban
bekerja membalik laut.
Sehingga hutan tumbung dengan subur
karena kurang diperhatikan.

Jaring, pancing, tombak ikan,
gancu dan luka
adalah sebagian cara yang dilakukan
untuk bertahan hidup: uang.
Ya, semata-mata hanya uang.
Kami, orang Haloban
telah ditakdirkan menjadi nelayan
bukan sebagai pegawai negeri atau sarjana.

Orang Haloban
memang pandai berkomentar tentang politik
seperti politikus-politikus lain yang ada di kota,
tapi di sini terlalu keras.
Mereka menyekolahkan anak-anak mereka
agar dengan ilmu bisa mengubah kehidupan.
Ya, mereka ada benarnya.
Namun, setelah sukses dan berilmu
mereka melarannya berbuat apapun.
Sebab takut jabatan dan uang akan hilang.
Jika tak berbuat sesuatu
mereka katakan dungu.
Jadi aku harus bagaimana?!

Orang Haloban
hidup senang sebagai nelayan
di jaring semacam ada cinta yang dinanti
di tali pancing
seribu sarjana telah termangu-mangu
di sudut-sudut laut.
di gancu
telah tersangkut kedamaian.

Sebagai orang Haloban
aku sempat menangis
merenungi kehidupan kami
yang tak kunjung lepas dari tekanan.
Apalagi saat ini
diterapkannya sistem monopoli dan liberal.
Mulai dari harga hingga bini.
Kawin-cerai dan selingkuhan
bukan hal yang memalukan lagi
bahkan menjadi kesenangan.
“Senang melihat orang susah
susah melihat orang senang.”
Masyaallah, kita menzalimi saudara sendiri.

Matahari dan bulan
adalah saksi bahwa kita, orang Haloban,
adalah keturunan nelayan
dan dalam sajak ini
aku hanya bisa merasakan
kepanasan yang panjang
dan rindu yang dalam.
Kita bukan ikan
yang saling memakan yang kecil.
Tapi kita adalah nelayan
yang sama-sama punya ikan dan gelombang.

Akupun tertidur setelah puas menangis
dan sajak ini
adalah mimpi buruk malam itu.

Haloban, 25072014_02:51

Post a Comment

 
Top