0
tiga lelaki di kamar tidur
bercerita terus terang tentang nasib
yang telah mereka dapat kemarin malam
tanpa ada sedikit pun kebohongan.

lelaki pertama:
aku manusia terusir
paling hina
datang ke mari tak memiliki apa-apa
sekarang
kecuali kalian.
sebenarnya aku memiliki laut, ikan, karang
pantai, perahu, pantai, dan ombak.
tapi semua itu telah dijual
dan uangnya dijadikan biaya cerai orang tua.
bagianku hanya seperempat dari total biaya.
dan itu pun dipotong ayah setengah untuk biaya nikahnya
dan sisanya juga dipakai ibu membiayai suaminya
yang lain.
sejak saat itu aku tidak memiliki apa-apa lagi.

mulai saat itu aku memakan matahari,
selama lima tahun. pada hal
itu adalah satu-satunya tabunganku.

lelaki kedua:
aku memiliki nenek yang sudah pikun
umurnya sepuluh kali lipat dibandingkan usiaku
setiap malam hampir dua puluh kali
aku membuang kotorannya yang ada dalam pispot
dan paginya hampir tiga puluh lembar kain yang aku cuci
sarung, baju, rok, alas perlak, selimut.
aku tak pernah mengeluh. sebab
nenek adalah orang satu-satunya yang aku miliki.

pernah suatu kali nenek meminta
diantar ke rumah jompo. supaya aku
tak repot-repot lagi mengurusinya.
kasihan nenek, sudah tua tapi selalu memikirkan aku.

sekitar tiga minggu setelah itu, nenek meninggal
semua isi rumah menjadi milikku. aku tak tahu harus bagaimana
waktu itu. aku melihat kawan-kawanku pulang -pergi ke kota.
dan aku ingin seperti itu. seluruh isi rumah kujual kepada touke ikan
dengan harga yang sangat mahal -pada waktu itu.
cukup untuk ongkos dan makan selama dua hari di kota.

lelaki ketiga:
aku sudah melupakan semuanya
dan kini tak ada apa-apa lagi
kecuali kalian berdua
pemuda ceking yang kelaparan.

kemudian ketiganya termenung
tanpa berkata-kata. mereka sibuk mengintip nasib masing-masing
yang tersimpan di dalam selimut.
tahun ini,
telah membawa mereka ke tempat yang sangat jauh
dan mereka telah tersesat di ruang waktu yang luas.

kami ingin mati saja

Lubeg-Marapalam, 08-09 Ap 2014

Post a Comment

 
Top