0


Oleh: Riyon Fidwar

Sampah telah menjadi buah mata kita saat ini. Bagaimana tidak, di mana-mana kita menjumpainya, baik itu di jalan, di sekitar rumah, sekolah, pantai dan juga taman. Setiap hari kita selalu melihat bertumpuk-tumpuk sampah, di tiap tumpukan sampah. Setiap hari pula para petugas pembersih sampah membersihkan sampah-sampah yang bertumpuk-tumpuk itu dan juga yang terserak. Namun, tetap saja, yang namanya sampah kita selalu menjumpainya. Dengan begitu, di tiap sudut-sudut kota, telah dibuat pula bak-bak tempat pembuangan sampah.

Berbicara tentang sampah rasanya tidak asing lagi bagi kita, sebab ‘barang’ itu telah akrab dengan mata. Kalaulah dihitung-hitung, setiap harinya kota ini menghasilkan seratus ton sampah atau lebih. Yang jelas setiap hari mobil pengangkut sampah membawanya ke tempat pembuangan sampah. Ada juga yang memanfaatkan sampah-sampah yang dibuang itu menjadi sesuatu yang bermanfaat, yang jelas bisa menghasilkan uang.

Ketika saya melihat sebuah mobil mengangkut sampah, begitu banyaknya. Saya langsung kepikiran, ternyata kebutuhan orang setiap hari pasti melebihi yang dibutuhkan. Dari banyak sampah yang saya lihat, yang paling banyak itu adalah sampah plastik, bekas-bekas pembungkus kue dan tempat minuman dingin yang dikemas dalam bentuk botol atau gelas. Bau sampah yang ada di atas mobil pengangkut sampah itu sangat tajam sekali. Sehingga bisa menikam siapa pun yang menciumnya. Bagaimana tidak, pada tumpukan sampah itu tidak hanya bahan-bahan plastik saja, melainkan ada juga mungkin daging, atau nasi yang telah basi, dan lain-lain. Sehingga memberi bau yang tak sedap. Apalagi telah ditumpuk berhari-hari.

Jika sampah-sampah itu dibiarkan berserak, apalagi sampah-sampah plastik, ketika hujan, air hujan akan tertampung di dalamnya dan pada air yang tertampung itu nyamuk akan bertelur. Akibatnya, ya, kepada kita juga. Buanglah sampah pada tempatnya, kata-kata ini agaknya sudah hafal bahkan sudah taka sing lagi bagi telinga kita. Namun penerapan dari kalimat ini belum sepenuhnya kita ptuhi. Buktinya, masih ada juga yang membuang sampah tidak pada tempatnya. Padahal telah ada tempat atau bak pembuangan sampai yang telah disediakan.

Membuang sampah pada tempatnya sebenarnya merupakan kewajiban bagi kita. Bukankah “kebersihan itu sebahagian dari iman”? Agama sendiri menyuruh kita untuk bersih, sebab bersih itu sebahagian iman.

Post a Comment

 
Top