0
Papan catur hitam putih
di atasnya kita berperang
kudamu kudaku melompat menghadang
walaupun pion-pion lebih dulu maju
tapi kudamu kudaku dipacu lebih cepat.
Para menteri menunggu perintah,
di tangannya pedang terhunus.
Bentengmu bentengku kokoh
rasanya takbisa dimusnahkan dalam waktu singkat.

Rajamu ingin maju menyeberangi sungai darah,
raju ngiler melihat dagingmu.
Pion-pion terus menyeberangi mayat di mukanya
tak peduli pedang, meriam, atau ranjau.
Pantang sekali mundur selangkahpun.
Panji-panji perang banyak yang jatuh bersimbah darah.

Menteri mundur
mengadu pada raja. Pion-pion banyak yang tewas.
Raja utus tangan kanannya,
tapi sayang tangan kanannya terkena panah beracun
sehingga tak bisa turun di medan perang.
Kedua kuda terdesak hingga ke pinggir sungai,
satu menteri dipenggal kepalanya.
Benteng mulai remuk dihantam meriam.
Raja bingung membayangkan mahkota.

Di kota
sudah tidak ada siapa-siapa.
Hanya beberapa ekor babi, ayam, itik dan tikus
berkeliaran di jalan-jalan kota.
Genderang perang terus ditabuh,
api mulai memakan rumah-rumah.
Asap menjulang memenuhi mata sang raja.

Kampungdalam, 22112014


Post a Comment

 
Top