0
Lumut berkembang biak di lantai hingga di bibir got
di kloset ada bekas hajat yang belum habis dibilas
bahkan sisa air sabun memenuhi bak
kuputar kran membaca air.

Aku bermenung di kamar mandi, lama sekali
menyimak air yang jatuh dari kran itu
riaknya di bak bergemuruh ribut sekali
sambil membasuh wajah setelah itu gosok gigi
setelah membilas semua bau pesing
tapi aku belum mau mandi.

Di dinding kamar mandi
ada tulisan dari arang
"Jaga penismu, Bung. Jangan buat sampah!"
Sebuah deklarasi kebersihan yang singkat.

Tapi di sudut-sudut bak dekat dinding
masih ada juga bungkus sabun, deterjen, bahkan odol
juga puntung rokok.
Alangkah berbudinya si penulis pamflet itu, pikirku.
Aturan untuk dilanggar.
 Bukankah begitu adatnya-adat kita di jaman ini?

Kita menyikapinya seperti pasta gigi
yang sedikit menyengat ketika di dalam mulut,
panas namun ada rasa mintnya, dan enak rasanya.

Tapi aku terkesan dengan kalimat pertama itu
"Jaga penismu, Bung."
Kulihat penisku, masih tumpul
belum setajam deklarasi kebersihan itu.
Belum seganas nikotin rokok yang dihisap
lalu puntungnya dibuang begitu saja di kamar mandi.

Di mana kesadaran kita terhadap sampah?

Sambil membasuh wajah setelah itu gosok gigi
setelah membilas semua bau pesing itu.
Tapi aku belum mau mandi.


Kampungdalam, 04112014



Post a Comment

 
Top