PUISI RIYON
FIDWAR
Padang
setiap simpang di jalanmu ada
yang lapar
apa lagi ketika malam datang
segerombolan gelandangan
mengencingi badanmu,
meludahi wajahmu
tapi kau tak tahu
kau sibuk memperbanyak
simpang-jalan di rusukmu
dan menyemprot ketiakmu
dengan sisa sabun yang menyimpan
harum apel dan limau
padang, lihatlah simpang-jalan
yang kau perbaiki itu
para jompo mengais sisa hidupnya
di bak sampah
carut-marut yang dikumandangkan
oleh ibu-ibu berbaju destar
para pesolek terbaring di
simpangmu setelah ditindih oleh bapak-bapak
berkepala botak
padang, lihatlah rumah-rumah
gonjong
yang berjenjang, menusuk perut
langit
atap ijuknya telah berganti besi
dinding kayunya berganti batu
bangunlah dari tidurmu
ledakkan bukit barisan dengan
teriakmu
jatuhkan airmatamu untuk jompo
dan gelandangan itu
“mengertilah dengan kami
yang marah dengan kesedihan”.
Padang, 20-12-2011
PUISI RIYON FIDWAR
Sebait
Saja
: maira
aku hafal benar debur ombak yang menghantam
dadaku
hingga batuk pun tak segan-segan berucap
bunyinya seperti didih nasi
airmata pun datang menjawab salam
tapi aku tahan, untuk tidak berucap
aku hafal benar debur ombak yang menghantam
dadaku
yang bergulung dari dalam
hingga kata tertahan
dan puisi menjadi lamunan
Haloban, 2011
PUISI
RIYON FIDWAR
Aku
Pinjam Bibirmu
seperti bibirmu
yang kupinjam tempo hari
di mana kita berada di ladang-ladang
bunga
yang kosong dan lengang
seperti bibirmu
yang kupijam tempo hari
di mana rindu ternganga di tubuhmu
lalu kujahit dengan bibirku
di ladang bunga
yang lengang dan kosong
Padang, 13-11-2011
Post a Comment