PUISI RIYON FIDWAR*
Suara Dari Balik Pintu
Di luar
ada gesekan terompah kaki berdenyit-denyit kena air
Harum
minyak wangi memaksa masuk lewat pentilasi
Begitu
juga dengan aroma bedak
Angin
kiranya yang menyuruh masuk
Tiba-tiba
gesekan terompah itu berhenti
Berganti
dengan suara ketokan pintu, tiga kali
Aroma
minyak wangi dan bedak semakin tebal tercium
“Sebelum
lidah bersabung suara. Berikanlah berita
Apa
yang kau bawa dari sana?”
Padang,
07082013
PUISI RIYON FIDWAR*
Aku Ingin Sendiri
Aku
ingin sendiri
Melepas
maut yang ingin pergi
Bertanya
pada bayang-bayang hitam
Yang
bersembunyi dalam diri
Negeri
yang dikunjungi begitu sepi
Dan
Tuhanku begitu dekat hingga tak terlihat
Aku
ingin sendiri
Melepas
kutuk yang menghimpit
Ketika
ditanya dari mana asalku
Tangis
dan sesal menjadi alasan
Padang,
07082013
PUISI RIYON FIDWAR*
Ke Manakah Kapal Kita Akan Berlabuh, Sayang?
Laut
bergemuruh, ombak mencela
Angin
menopan mengutuk perjalanan waktu
Hujan
dari langit begitu dalam menikam
Ke
manakah kapal kita akan berlabuh, sayang?
Langit
belum jua terang seperti semestinya
Sedangkan
perjalanan harus segera dilanjutkan
Bagaimana
cara kita memilih hari
Sedang
kompas di tangan telah bergaram
Tiang-tiang
layar telah condong memutuskan temalinya
Harapan
yang selama ini menggantung di pelupuk mata
Harus
direlakan tenggelam
Kini kita
tak tahu lagi bagaimana membaca alam
Kita
gagal mempertaruhkan darah dan kenangan
Bahkan
kita tak tahu telah sampai di mana
Bila
laut masih bergemuruh, ombak mencala
Angin
menopan dan hujan dari langit masih menikam
Ke
manakah kapal kita akan berlabuh, sayang?
Padang,
07082013
PUISI RIYON FIDWAR*
Orang-Orang Kalah
Bagaimana
caranya melepaskan cerita ini padamu
Sedang
paruhku masih terbelenggu
Terikat
dengan akar-akar dusta .
Aku
takut sekali dengan azab yang membikin sengsara
Burung-burung
lepas bersuara di angkasa
Sedangkan
aku terkatup tak bisa bicara
Sebidang
salam berisi maaf
Sehasta
pahala masih terlalu pendek menebus kilaf
Bagaimana
caranya melepaskan cerita ini padamu
Sedang
paruhku masih terbelenggu
Belum
bisa berucap apa-apa
Ini
hari semakin malam
Dan
apabila cerita ini belum jua sampai kepadamu
Kutuk
akan menikamku perlahan-lahan
Burung-burung
gagak akan segera mematuk daging
Anjing-anjing
akan datang mematahkan tulang
Cacing
tanah tanpa kaki menjilati darah yang tercecer di tanah
Dan
tanah semakin berat menekan,
Mendesak
ke bawah dan mengapit dari kiri dan kanan
Bagaimana
aku bisa teriak
Paruhku
masih terbelenggu
Padang,
07082013
*Riyon Fidwar lahir di Haloban. Aceh Singkil,
Agustus ’90. Sekarang tinggal di Padang dan berkegiatan di Ruang Dokumentasi TJ
Post a Comment