0
Kamila, sejak aku mengenalmu
aku seperti seekor anak ayam kehilangan induk.
Aku menjerit-jerit dalam kamar sendiri
bahkan tak lagi tahu mana
makanan dan tahi.
Keduanya telah membuatakan mataku.
Sialnya, Kamila
jeritanku yang nyaring itu
hanyut begitu saja.

Kamila, aku panggil-panggil namamu
dengan mencabik-cabik dagingku,
dengan mencakar-cakar dinding kamarku,
dengan menarik-narik rambutku.
Tapi, engkau tak menyahut, Kamila,
di antara malam dan tengah malam
aku mencari-carimu
di antara bayangan pintu dan kursi,
di mana waktu itu kaupernah duduk dan berdiri
di sana.

Sebagian dari diriku membeku, Kamila
sebagiannya lagi telah dulu meleleh.
Dari jendela kamar itu
aku memuja-pujikan bintang dan kumbang
membicarakan nasibku dengan bulan,
dan pada dinding yang sunyi
tangisku meledak seperti kompor
kehabisan minyak.

Kamila, dalam rindu membenam aku
bahkan sampai tak bisa lagi
aku mengingat siapa aku sebenarnya.

Padang, 012017

Post a Comment

 
Top