Yang pulang, tak bisa pulang
tahun-tahun berlalu begitu saja di bawah ketiaknya
tanpa ada sehembus pun celaka.
Ketiadaan itu membuatnya tiada beruntung,
tidak berarti sama sekali.
Bulan dilihatnya redup,
bintang ditatapnya pudar
langit pudur*, awan bergelombang,
dan ketika siang pun
matahari samar-samar dalam matanya.
Sementara pagar yang dililit duri-duri besi itu
semakin hari kian kokoh.
Yang pulang, tak bisa pulang
menangis juga ia
meminta kematian saja menjemputnya
agar dia benar-benar bisa datang
ke tanah ibunya.
Akankah semua itu akan dia lewatkan
seperti angin yang mendesir di bawah ketiaknya,
seperti tahun-tahun itu?
Padang, 29022016
*Pudur (Minang): padam
tahun-tahun berlalu begitu saja di bawah ketiaknya
tanpa ada sehembus pun celaka.
Ketiadaan itu membuatnya tiada beruntung,
tidak berarti sama sekali.
Bulan dilihatnya redup,
bintang ditatapnya pudar
langit pudur*, awan bergelombang,
dan ketika siang pun
matahari samar-samar dalam matanya.
Sementara pagar yang dililit duri-duri besi itu
semakin hari kian kokoh.
Yang pulang, tak bisa pulang
menangis juga ia
meminta kematian saja menjemputnya
agar dia benar-benar bisa datang
ke tanah ibunya.
Akankah semua itu akan dia lewatkan
seperti angin yang mendesir di bawah ketiaknya,
seperti tahun-tahun itu?
Padang, 29022016
*Pudur (Minang): padam
Post a Comment