0
Kutulis lagi sajak ini
untuk mengatakan betapa inginnya aku
memelukmu hingga lekat.
Kalimatku tak akan putus mengatakan rindu.

Lautmu yang dalam
membuat kapalku terapung di atasnya.
Anginmu gemulai
mengelus layar-layarku.
Menyampaikan tujuan pada dermaga.

Di sana
aku melihat betapa girangnya
anak-anak menyambut kapal ini.
Mereka naik ke kabin, ke dek-dek,
bahkan memanjat tiang-tiang layar.
Mereka telanjang. Kulit mereka hitam mengkilat
saat digarami laut dan dibakar matahari.
Setelah puas memasuki lorong-lorong kapal,
mereka akan berhamburan ke laut.

Di sudut dermaga itu
pohon-pohon bakau berbaris bagai serdadu,
menjagamu dari badai dan ombak.

Bila hari telah petang
nelayan-nelayan akan datang
dari pulau-pulau yang sunyi.

Betapa inginnya aku menari dengan mereka.
Menirukan ombak yang bergulung di pantaimu.

Si Buyung mengadukan rindu padamu,
pasal rantau yang telah menggigit usianya.
Tak ada mimpi. Hanya ratap dan kenangan.
Dia memintaku untuk menulis kembali risalah ini.

Dan akhirnya
aku tulis juga sepenggal sajak ini
untuk dapat kau baca.
Betapa kegelisahannya telah mencapai puncak
yang hakiki.

Padang, 04122015

Post a Comment

 
Top