0

Membaca cuaca laut
seperti membaca negeri ini
tak ada kepastian.
Yang satu dia paling benar
dan yang lain juga benar.
Sebagai nelayan, aku harus menurut kata siapa?
Tapi laut terus memanggil,
berseru kehidupan dan kematian.

Perahu yang ditumpangi
tak pernah mengalah dengan nasib.
Seribu ombak dibelah menjadi dua.
Sesamudera angin ditelan menjadi puisi.
Ikan-ikanku liar
karang-karangku mengeras
dan darahku menjadi arus
yang tak mengerti aturan.
Yang satu benar
yang lain juga benar.

Sebagai nelayan
aku tak punya kitab
untuk menentukan siapa yang paling benar.
Aku hanya mengikuti kata nasib
yang tak tentu.
Sama seperti perkataanmu.
Namun laut yang maha luas
telah membuka mataku mengeja angin,
membaca hujan dan ombak.

Sebagai nelayan
hanya satu yang kuamalkan
bahwa nenek moyangku
datang dari laut.
Seandainya ada orang yang menanyakan
apakah perkataan itu benar atau tidak
atau dari manakah kau dapat perkataan itu,
jawab saja
laut yang mengajariku.

Kampungdalam, 08012015

Post a Comment

 
Top