0


“Dengar Ceramah Satu Jam Nggak Habis Paket, Putar Video Masak Memasak Tiga Menit Habis Paket”


Semenjak Ustad Abdul Somad (UAS) datang ke Aceh Singkil (27/11) lalu membuat ‘selera’ istri saya berubah. Dari yang waktu itu asik bermain media sosial (Medsos) kini sudah mendengar ceramah. Dulunya memutar video masak memasak, sekarang sudah mendengar ceramah. Dulunya memutarkan video untuk anak kami berupa animasi dengan lagunya serta, kini sudah diputarkan ceramah.

Ternyata kedatangan UAS ke Aceh Singkil, tepatnya di Lapangan Mariam Sipoli, Rimo, Gunung Meriah, itu membawa perubahan pendengaran kami sekeluarga. Ceramah UAS adalah salah satu cara kami menghilangkan stres. Sebelum ada kabar bahwa ustad sejuta follower itu datang ke Aceh Singkil, kami –saya dan istri- sudah juga mendengar ceramah-ceramah UAS via YouTube.

Bahkan jauh sebelum itu, kami juga mendengar ceramah atau lebih tepatnya perdebatan dai internasional, Dr. Zakir Naik dengan non-muslim. Ceramah-ceramah Dr. Zakir Naik memiliki arti tersendiri bagi saya terutama.

Walaupun demikian, kami tidak terlalu sering memutar ceramah. Lebih asik dengar video yang tidak berbau keislaman. Seperti, masak-masak tadi, pancing mania atau video anak-anak denga animasinya sekali. Sejak dengar ceramah UAS di tanah Abdurrauf As-Singkili-lah kami berubah. Setiap waktu senggang, dengar ceramah lalu diskusi. Kadang ketika istri saya memasak, saya bekerja di hadapan komputer, Hp biasanya memutar lagu-lagu yang menghibur hati, kini sudah diisi dengan ceramah-ceramah-ceramah dan ceramah.

Kami bukan sok keislam-islaman, bukan. Sama sekali bukan. Karena kami sangat ingin mendengar UAS ceramah. Selain itu, ceramah UAS memiliki berjuta-juta pesan moral kepada kami. UAS tidak pernah mengatakan ‘ini baik dan itu buruk’ tidak. Setiap ada pertanyaan dari jamaahnya, UAS menyampaikan dengan firman dan hadits. UAS tidak pernah menunjuk sesuatu secara langsung, melainkan dalil-dalillah yang bicara. Di sini tidak akan saya cantumkan pertanyaannya seperti apa.

Suatu kali saya memutar video masak-masak. Walaupun laki, saya juga suka mutar video masak-masak. Hanya sebagai referensi menu saja. Itu pun jika bahan-bahannya ada menjual di pasar dan murah, jika tidak, ya sudah. Tapi, ketika video baru berjalan satu menit (durasi penuhnya tiga menit), istri saya berkata, “Jangan terlalu banyak nonton video, paket habis. Ingat!” serunya. Padahal durasinya pendek, tiga menit. “Dengar video ceramah (UAS) satu jam lebih nggak habis paket, mutar video cumak tiga menit habis paket,” cetus saya nggak mau kalah. “Itu lebih bermanfaat,” balas istri saya tajam.

Cepat-cepat saya matikan Hp, lalu pergi ke belakang melihat anak-anak ayam di dalam kotak.

Post a Comment

 
Top