0
Kucium juga akhirnya harum tubuhmu
pada sebuah dangau persinggahan
di batas kota Bukittinggi dan Luhak Limapuluh Kota.

Kau mulanya malu-malu,
lalu angin dari kaki Merapi datang
memasuki lorong tubuhmu
dan membuat pipimu lekat pada bibirku.

Hangat dan manis meledak
melahirkan anak sungai dalam rabuku.
Hanya mataku yang tak bergeming
meskipun telah dipukul rasa.

Kuteguk manis rindumu.

Di dangau ini
kita lepaskan segala yang ada,
hingga kita bisa melihat ke dalam,
mengelupasi kegetiran yang selama ini
merenggut tahun-tahun kita.

Tanpa kita sadari
hujan merintik
dingin menggigit.

Kau lepas tubuhmu dalam tempurung kelapa
yang hitam seperti habis dipanggang itu.
Kucemplungkan sajak-sajakku
agar melebur dalam dirimu selamanya.

Padang, 07122015


Post a Comment

 
Top