0
Aku suka memainkan senjata, katamu
pada sebuah malam yang jatuh dengan gugurnya air hujan
tapi senjata yang memiliki peluru timah, sambungmu
dengan ludah tercebur dari balik gigimu
saat kutanya untuk apa
kaujawab untuk menembak mangsa
karena kausuka berburu
binatang malam hari, seperti kancil, kalong, kelelawar
apa lagi saat hujan turun agak deras dari gerimis
waktu yang tepat untuk menembak.

bagimana pengalaman berburu pertamamu, tanyaku
jantungku seperti geranat yang sudah siap meledak
darahku sepanas air mendidih padahal waktu itu
hujan turun agak lebat dari gerimis. Angin agak dingin
tanganku seakan-akan membara
antara ingin dan tak ingin
tapi binatang kecil itu adalah seleraku.
Aku bersumpah demi ibu tungau
yang telah menggigit seribu zakar laki-laki
manis daging kancil itu sudah melekat di lidahku
padahal senjata di tanganku belum kutembakkan.

Bagaimana kaumelakukannya, desakku
oh, maksudku kaupernah menyicipi daging itu sebelumnya
aku lupa kapan terakhir kali aku memakannya
tapi beberapa hari lalu aku terbayang daging itu
seakan-akan kenangan hari lalu membawa aku kembali
pada waktu yang tak kutahu
sekali lagi aku bersumpah, demi ibu tungau
yang telah menggigit seribu zakar laki-laki
aku ingin sekali menikmati daging itu
dengan senjata yang sudah berisi peluru
aku akan mendapatkannya.

Dia nyengir dan
aku ketakutan

Padang, 2017

Post a Comment

 
Top