0
Kekasihku sedang menangis di dalam kamarnya
dia sedih karena banyak orang memusuhinya di luar rumah
bahkan adik-adiknya pun ikut mencibir.
Perlakuan itu tentu saja tidak bisa diterimanya,
lalu memutuskan untuk menangis dan mengurung diri
di dalam kamar.

Matahari siang ini begitu membara
memanggang atap rumahnya
memantulkan panas dari atas
dan membuat air mata kekasihku
kering begitu mengalir di pipinya.

Dalam waktu nyaris dua jam
dia keluar kamar menuju sebuah cermin
yang tergantung di dinding rumah
di lihatnya kedua matanya,
telah sembab. Air mata menyisakan garis-garis
halus di pipinya.

Habislah semua pesakitan ini, gumamnya.
Matilah dalam diriku sendiri. Jangan
pernah hidup sekalipun, walau terhitung detik, gerutunya.

Hari yang terasa panas ini
begitu lembab dalam hatinya.
Semua prasangka baik-buruk 
bergentayangan. Pikirannya kalut, kusut.

Kudengar getar suaranya
bagai amuk badai, bagai guruh menghantam dadaku.
Oh, gadis ini begitu lunak dalam panasnya bara dendam,
yang menjilati sukmanya.

Di meja makan
kulihat tak ada apa-apa
yang terhidang. Seperti halnya dia
sudah habis semua
segala bahan untuk dihidangkan.

Walau kutahu 
pada siang ini
seharusnya ada kopi
di meja itu.

Padang, 03032016

Post a Comment

 
Top