Kawanku telah Pergi
Kawanku telah pergi meninggalkan rumah, meninggalkan tanah lahirnya sendiri. Hanya sepasang doa yang dia amalkan sebagai pituah. Aku ta...
Jangan Mengenang Hari yang Telah Lalu
Tak usah kau remukkan dirimu dengan hari lalu jangan pula merusak hatimu dengan racun tikus. Dua patah sajak kukira akan mampu membuka ma...
Permen Karet, Suatu Ketika
Dua potong permen karet aku beli di warung sebelah. Mereknya ikan hiu dengan balon di mulutnya. Sementara anak-anak yang bermain di depa...
Saudara dari Laut
Telah datang saudaraku dengan kapal tadi pagi. Setelah kokok ayam jantan pertama. Kujemput ia ke pelabuhan. Dingin di pagi itu begitu men...
Belajar Menulis Puisi
Aku tuliskan sebuah puisi untukmu huruf-hurufnya dari ranting kayu mati, kususun di atas kertas daun coklat tua. Inilah sajak kopi hari ...
Sajak Ikan Panggang
Dengan parang di tanganmu kau siangi tubuhku. Perih luka tak pernah kau rasakan meski merah darah membasahi tanganmu. Aku menggelepar m...
Mata Pisau
Bagai beling mengeriling mata pisau itu setelah diasah. Meski begitu dia tetap dingin. Dengan sikap yang dingin itu pula kadang kita l...