Semenjak ditinggalkan kudanya, Nazam sekarang berjalan kaki ke mana pun pergi. Meskipun banyak yang menawarkannya kepadanya beberapa ek...
Ketika Hujan Enaknya Menulis Sajak
Mula-mula kabut hitam datang dari laut lalu singgah di puncak gunung. Tak lama bertengger di gunung, tumpahlah air ke bumi. Bergemuruhlah...
Kuda Nazam yang Baru
Setelah mendapat kudanya yang baru Nazam sudah bisa ke manapun dia kehendaki mendaki bukit, membalik hutan-hutan, menghabiskan segudang k...
Membuat Sajak
Telah aku berikan seluruhnya padamu, agar kau seutuhnya mengerti betapa inginya aku melihatmu hidup. Bukan sekedar sebagai pajanga...
Mencari Thukul yang Hilang
Sudah setiap pelosok kota kami tanyakan keberadaan Thukul, bahkan juga foto wajahnya sudah kami tempelkan di wajah kami sendiri sialnya,...
Kacamata Profesor
Sudah dilihat dan dibacanya seluruh isi buku yang kau berikan beberapa waktu lalu. Semua tak terlewaktan satupun. Aku sangat ingin menjad...
Kepada yang Diagungkan
Pada gunung kuteriakkan namamu, di lembah, dua tiga suara menyahut. Angin membawa namamu entah ke mana. Padang, 2015
Mimpi Nazam
Dia bayangkan tahun depan bakal ada mobil, rumah dan toko Biarlah kini banting tulang menjadi kuli apa saja Dia bayangkan tahun...
Nazam yang Terluka
Nazam, begitu orang memanggilnya wajah cekungnya membuat orang lupa bahwa dia adalah seorang pahlawan, setidaknya pahlawan buruh. ...
Mengingat Hujan di Tunggulitam
Di sepertiga jalan tunggulitam aku menemukanmu dalam hujan lebat membikin lebam hatimu. Gundah tak menentu, itu dapat kulihat dari caramu...